Dari Kantor Desa, Masa Depan Dirancang: 15 Desa di Kotabunan Input Data Indeks Desa 2025
- Jun 16, 2025
- Holy Reza Pahlevi Ani

Kotabunan, 16 Juni 2025 — Ruang-ruang kantor desa di Kecamatan Kotabunan pekan ini berubah menjadi pusat perumusan masa depan. Selama tiga hari—mulai 16 hingga 18 Juni 2025—sebanyak 15 desa melaksanakan kegiatan penginputan Indeks Desa Tahun 2025, secara mandiri di kantor desa masing-masing, didampingi langsung oleh tim teknis, pendamping desa, dan aparat kecamatan.
Kegiatan ini bukan sekadar agenda tahunan. Di balik layar laptop, di hadapan lembaran data, para kepala desa, sekretaris, Kaur, kepala seksi, KPM, kader Posyandu, hingga operator desa duduk bersama menyusun potret utuh desa mereka hari ini—dan sekaligus merancang arah pembangunan ke depan.
Indeks Desa: Cermin dan Kompas Pembangunan
Indeks Desa yang diinput mencakup enam dimensi penting: layanan dasar, sosial, ekonomi, lingkungan, aksesibilitas, dan tata kelola pemerintahan. Data ini nantinya menjadi dasar bagi pemerintah desa untuk menyusun RKPDes dan APBDes Tahun Anggaran 2026, serta menjadi rujukan bagi kabupaten dan pusat dalam menentukan intervensi program dan alokasi Dana Desa.
“Ini bukan tentang nilai bagus atau jelek. Ini tentang kejujuran data. Karena dari sini, kita bisa tahu apa yang perlu diperbaiki dan dikembangkan,” ungkap Selvi Lintong, Pendamping Kecamatan Kotabunan yang setia mendampingi seluruh proses.
Ia menjelaskan, setiap desa wajib mengisi indikator berbasis kuesioner resmi dan menyiapkan bukti validasi: mulai dari dokumen, foto, hingga hasil wawancara masyarakat. Data tersebut kemudian diinput melalui Sistem Informasi Desa (SID).
Dari Desa Paret ke Bukaka: Jadwal Padat, Semangat Kuat
Berdasarkan jadwal resmi, kegiatan dimulai 16 Juni dari Desa Paret Timur, Paret, Kotabunan, Kotabunan Selatan, Kotabunan Barat, dan Bulawan. Esoknya, giliran Bulawan I, Bulawan II, Buyat Selatan, Buyat, dan Buyat I. Dan ditutup pada 18 Juni oleh Buyat Tengah, Buyat II, Buyat Barat, dan Bukaka.
Meski dilaksanakan di kantor desa masing-masing, proses ini tetap dipantau langsung oleh para pendamping, seperti Effendy Muda, Sarpia Mamonto, Dedi Martasen, Tuti, Syahril Pasambuna, Suzan, Citra, dan Sutrino Mokoginta, yang membagi peran antara fasilitasi teknis dan asistensi substansi indikator.
“Kadang internet lambat, atau data dari dusun belum lengkap. Tapi semangat teman-teman desa luar biasa. Mereka paham bahwa ini menyangkut masa depan,” ujar Lini Ani, salah satu pendamping lokal desa.
Dari Angka ke Harapan
Menurut surat edaran resmi, hasil penginputan Indeks Desa Tahun 2025 akan menjadi dasar penentuan status desa serta alokasi Dana Desa Tahun 2026. Artinya, ketepatan dan kelengkapan data sangat menentukan posisi strategis desa dalam peta pembangunan nasional.
Bagi para sangadi (kepala desa), ini adalah momen refleksi. “Kami sadar, belum semua indikator kami penuhi. Tapi kami mau tahu dan belajar agar ke depan, desa kami bisa mandiri,” kata operator dari Desa Paret yang ikut menginput bersama sangadi dan perangkat lainnya.
Kegiatan ini membuktikan bahwa membangun desa tak selalu harus dimulai dengan anggaran besar atau proyek fisik megah. Terkadang, ia bermula dari meja sederhana di kantor desa, dari niat baik untuk jujur melihat diri, dan dari ketekunan mencatat data yang bisa menyelamatkan banyak hal di masa depan.