Camat Kotabunan Koordinir Pemerintah Desa untuk Lawan Stunting: Ibu Hamil dan Balita Jadi Fokus Utama

  • Jun 12, 2025
  • Holy Reza Pahlevi Ani

Kotabunan, 12 Juni 2025 – Upaya menurunkan angka stunting di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur memasuki babak baru. Camat Kotabunan, dengan langkah cepat dan sigap, mengerahkan seluruh jajarannya untuk menyukseskan pelaksanaan intervensi gizi spesifik secara serentak yang dimulai bulan Juni 2025. Di bawah koordinasinya, seluruh pemerintah desa di wilayah Kotabunan kini bergerak masif demi satu tujuan: menyelamatkan generasi masa depan dari jeratan stunting.

“Ini bukan sekadar program. Ini adalah panggilan kemanusiaan,” tegas Camat Kotabunan saat ditemui di ruang kerjanya. Dengan nada serius, ia menjelaskan bahwa dirinya telah menginstruksikan seluruh kepala desa hingga kepala dusun untuk turun langsung menggerakkan masyarakat, terutama ibu hamil dan keluarga balita, agar aktif datang ke posyandu.

Instruksi itu mencakup dua hal penting: pertama, melakukan sosialisasi massif kepada masyarakat tentang pentingnya intervensi serentak dan manfaat posyandu; dan kedua, menugaskan aparat desa untuk memastikan ibu hamil dan balita hadir dalam pemantauan pertumbuhan di posyandu.

Langkah Camat Kotabunan ini selaras dengan kerangka kerja yang ditetapkan Dinas Kesehatan Kabupaten Boltim, yang menargetkan 100% cakupan pemantauan pertumbuhan bagi balita dan ibu hamil, serta tatalaksana gizi bagi mereka yang terindikasi bermasalah. Berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia 2023, angka stunting di Boltim masih berada di 28,4%, angka yang mengkhawatirkan jika tak segera ditangani.

“Posyandu bukan sekadar tempat timbang bayi. Itu adalah ruang harapan, tempat kita memastikan anak-anak tumbuh dengan sehat, ibu hamil mendapat perhatian, dan remaja putri terhindar dari anemia,” ujarnya.

Tak hanya itu, ia juga menyentil soal tanggung jawab moral pemerintah desa: “Kalau ada anak stunting di desanya, itu artinya ada yang belum beres dalam fungsi pelayanan dasar. Kita harus bergerak serentak, tidak boleh ada yang tinggal diam.”

Di berbagai desa, gerakan ini mulai terasa. Kepala Dusun di Desa Bulawan, misalnya, menggelar pengumuman keliling dengan toa masjid, mengajak warga hadir di posyandu. Di sisi lain, kader-kader posyandu yang sebelumnya sempat kurang aktif kini kembali dipacu untuk menghidupkan layanan.

Intervensi ini tidak hanya menyasar balita dan ibu hamil, tetapi juga remaja putri. Targetnya jelas: mencegah anemia sejak dini melalui pembagian tablet tambah darah dan skrining kesehatan di sekolah.

Dengan gerakan kolektif yang terkoordinasi dari tingkat kabupaten, kecamatan hingga desa, diharapkan stigma bahwa stunting adalah “kutukan kemiskinan” bisa berubah menjadi cerita perjuangan kolaboratif melawan ketidakadilan gizi.

Sebagaimana ditegaskan Camat Kotabunan, “Perang melawan stunting bukan kerja satu orang atau satu dinas. Ini kerja seluruh elemen masyarakat. Dan di Kotabunan, kami sudah memulai langkah itu.”